Kebutuhan sistem informasi akademik
diatas dapat didefinsikan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Informasi
apa yang akan diolah dan dihasilkan oleh Bagian Akademik, Bagian Keuangan,
dan Ketua Program Studi? Untuk siapa peruntukannya? Kapan disampaikannya?
- Fungsi
apa yang harus dipunyai sistem supaya pekerjaan Bagian Akademik, Bagian
Keuangan, dan Ketua Program Studi dapat dibantu pelaksanaannya?
- Basis
data apa yang harus ada untuk menyimpan data yang menjadi sumber untuk
informasi yang akan diolah dan dihasilkan? Seperti apa penempatan datanya?
- Perangkat
lunak apa yang harus dibuat atau diadakan supaya fungsi dari sistem dapat
dilaksanakan secara otomatis?
- Seperti
apa bentuk konfigurasi dan topologi sistem komputer yang akan digunakan?
- Prosedur
apa yang nanti harus disesuaikan?
- Siapa
yang akan menjadi pelaksana dan pengelola sistem?
Menurut Abdul Kadir (2003: 38) analisis
kebutuhan yaitu :
Analisis kebutuhan
Analisis
kebutuhan merupakan proses untuk menghasilkan spesifikasi kebutuhan. Spesifikasi
kebutuhan adalah spesifikasi yang rinci tentang pengolahan data yaitu jumlah
data yang harus diproses, waktu pengolahan saat data siap diproses sampai
informasi yang dihasilkan. Spesifikasi ini digunakan untuk membuat
kesepakatan dalam pengembangan sistem.
•
Mengidentifikasi data apa dan proses apa yang dibutuhkan pada sistem baru.
• Menentukan
kebutuhan fungsional dan non-fungsional dari sistem baru
Kebutuhan
fungsional
• Menunjukkan what the system
should do.
• Menunjukkan fasilitas apa yang dibutuhkan
serta aktivitas apa saja yang terjadi dalam sistem baru.
Kebutuhan fungsional mencakup:
• Fungsi deskripsi kebutuhan
• Laporan baik hardcopy maupun
softcopy
• Updating dan query online
• Penyimpanan data, pencarian kembali
dan transfer data
Kebutuhan Non Fungsional mencakup:
• Waktu respon
• Rata-rata
waktu untuk kegagalan
• Kebutuhan
keamanan
• Akses untuk
pengguna yang tidak punya hak
– pa-apa, dicantumkan juga boleh
Dalam
analisi kebutuhan melakukan tahap yg akan dicapai 4 tujuan, yaitu :
a. Menjelaskan sistem saat ini
secara lengkap.
b. Menggambarkan sistem informasi
yang ideal.
c. Membawa sistem informasi yang
ideal ke kondisi saat ini dengan memperhatikan kendala sumber daya.
d. Memberi dorongan terhadap
keyakinan pemakai kedalam team pengembangan sistem.
Makalah Analisis kebutuhan
B I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Seiring dengan kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan, dewasa ini dalam sistem desentralisasi pendidikan setiap
sekolah memiliki kesempatan yang luas dalam pengembangan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan daerah dan karakteristik siswa yang berbeda. Untuk
membantu para pengembang kurikulum termasuk guru di sekolah diperlukan suatu
model rancangan instruksional sesuai dengan jenis model kurikulum yang
berorientasi pada pencapaian kompetensi sesuai dengan model kurikulum yang
berlaku dewasa ini.
Disain instruksional
dapat dipandang sebagai suatu sistem. Sistem adalah satu kesatuan komponen yang
saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penentuan
komponen beserta analisisnya dapat menjamin keberhasilan pencapaian
tujuan. Oleh karena itu penelitian mengenai sistem
instruksional sangat diperlukan untuk ketercapaian kompetensi seperti
yang digariskan dalam kurikulum.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, melalui Research and
Development, penelitian ini menghasilkan model pengembangan Disain Sistem
Instruksional yang berorientasi pada pencapaian kompetensi (DSI-PK) yang dapat
digunakan guru sebagai pedoman dalam merancang sistem pembelajaran sesuai
dengan tuntutan kurikulum.Dalam penerapan DSI-PK ada beberapa
prosedur yang harus dilakukan ada hasil yang diharapkan dapat di dapatkan secara
maksila, prosedur itu antara lain , analisis kebutuhan, pengembangan dan alat
evaluasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari penjabaran singkat pada latar
belakan maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana
langkah-langkah dalam menganalisis kebutuhan ?
2. Apa saja yang
menjadi Sumber analisi kebutuhan ?
PEMBAHASAN
A.
pengertian
analisis kebutuhan
Didalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderson
dan kawan-kawan, analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan
sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah
suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang
diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi
yang ada (what is) Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi
ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau
kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan
jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran
dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam
skala prioritas lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan
masalahnya. Need Assessment dapat diterapkan pada individu, kelompok atau
lembaga (institusi).
Pengertian
tersebut sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Seels dan Glasgow (1990) yang
menyatakan bahwa analisis kebutuhan
adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan
prioritas dari kesenjangan tersebut untuk dipecahkan.
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian analisis
kebutuhan (need assessment), seperti yang dikemukakan baik oleh mcneil maupun
oleh Glasgow Pertama, Need
Assessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan need assessment. need assessment bukanlah suatu hasil,
akan tetapi suatu aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan.
Kedua, Kebutuhan itu sendiri pada hakikatnya adalah
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. dengan demikian maka, need
assessrnent itu adaiah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah
dimiliki.
Kegiatan melaksanakan need assessment merupakan suatu
kegiatan yang pertama kali harus dilakukan dalam setiap model desain sistem
instruksional. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya melacak nformasi tentang
harapan dan kenyataan yakni kemampuan yang harus dimiliki dengan kemampuan yang
telah dimiliki.
B. LANGLAH-LANGKAH ANALISIS KEBUTUHAN
Sebagai suatu proses , need assissment
terdiri atas rangkaian kegiantan yang diawali oleh kegiatan mengumpulkan
informasi dan berakhir pada perumusan masalah.
Secara lengkap kegiatan need assissment digambarkan oleh Glasgow dalam
komponen – komponen need assessment, atara lain :
1. Tahapan
pengumpulan informasi
Dalam merancang.pembelajaran pertama kali seorang
desainer perlu memahami terlebih dahulu informasi tentang siapa dapat mengerjakan
apa, siapa memahami apa, siapa yang akan belajar, kendala-kendala apa yang akan
dihadapi,dan bagaimana pengaruh keadaan keadaan tertentu terhadap karakteristik
siswa. Berbagai informasi yang dikumpulkan akan bermanfaat dalam menentukan
tujuan yang ingin dicapai beserta skala prioritas dalam proses pemecahan
masalah.
Witkin (1984) mendefinisikan analisis kebutuhan, sebagai proses membuat
keputusan dengan memanfaatkan informasi yang
dikumpulkan.
Tiga hal yang dapat diingat dalam proses perencanaan pengumpulan data
:
·
Apa yang anda ingin ketahui?
·
Bagaimana yang anda dapat lakukan dalam proses pengumpulan data tersebut?
·
Siapa yang dapat dijadikan sumber informasi dalam proses
pengumpulan data tersebut?
Data-data yang terkumpul akan bermanfaat dalam menentukan
dan menyusun langkah-langkah selanjutnya, Yang jelas seorang desainer
pembelaiaran dalam proses merancang sistem pembelaiaran harus berpijak pada
informasi yang terkumpul.
Seorang
pengumpul data perlu memiliki kemampuan dalam pelaksanaan teknis, misalnya
dalam melakukan wawancara, observasi, serta dalam memanfaatkan sumber yang ada.
Sebaiknya proses pengumpulan data, tidak dilakukan hanya dengan satu teknik
saja melainkan bisa dilakukan berbagai jenis teknik pengumpulan data secara
bersarnaan. Misalnya ketika seorang pengumpul data melakukan wawancara
sekaligus ia iuga melakukan observasi dan mungkin melakukan studi dokumentasi.
2. Tahapan
identifikasi kesenjangan
Dalam
mengidentifikasi kesenjangan Kaufman dan English (1979), menjelaskan
identifikasi keseniangan melalui Organizational Elements Model (OEM). Dalam
model OEM, Kaufman menjelaskan adanya lima elemen yang saling berkaitan. Dua
elemen pertama, yaitu input dan prosesadalah bagaimana menggunakan setiap
potensi dan surnber yang ada; sedangkan elemen terakhir meliputi produk, output
dan outcome merupakan hasil akhir dari suatu proses.
Selanjutnya untuk lebih jelas maka
digambarkan sebagai berikut :
·
Input; kondisi yang tersedia pada saat ini, misalnya tentang
keuangan, waktu, bangunan, guru, pelajar, problem, tujuan,
materi kurikulum.
·
Proses; meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan
yang terdiri atas pola pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai dengan kompentensi, perencanaan,
metode, pembelajaran individu, dan kurikulum yang
metode, pembelajaran individu, dan kurikulum yang
berlaku.
·
Produk; meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang
dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi
·
Output; meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi.
·
Outcome; hasil akhir yang diperoleh
3.
Analisis
Performace
Analisis performance meliputi beberapa hal di antaranya :
·
Mengidentifikasi guru. Bagaimana
kinerja guru selama ini dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
pengelolaan pembelajaran? Analisis performance mengenai hal ini perlu
dilakukan, sebab bagaimanapun lengkap dan tersedianya segala kebutuhan pembelajaran
maka tidak akan bermakna manakala kemampuan guru tidak menunjang. Menganalisis
performance guru tidak terbatas pada penguasaan materi pernbelaiaran saja, akan
tetapi iuga terhadap keterampilan dalam mengelola pembelajaran misalnya
keterampilan dalam penggunaan berbagai strategi pembelajaran, pefnanfaatan
alat, bahan dan sumber belafar serta kernarn. puan melaksanakan evaluasi hasil
belajar siswa.
·
Mengidentifkasi sarana dan kelengkapan
penunjang. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
keberhasilan pembelajaran? Diakui, adanyakesenjangan bisa teriadi manakala
proses pembelajaran tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Seorang desainer pembelajaran perlu mengevaluasi dan menganalisis kondisi ini,
sebab bagaimanapun idealnya suatu pemecahan masalah yang diusulkan akhirnya
akan kembali pada tersedia atau tidaknya sarana pendukung. Sistem pendidikan
cenderung akan efektif manakala didukung oleh ketersediaan fasilitas sebagai
sumber pendukung.
· Mengidentifikasi
berbagai kebijakan sekolah. Bagaimana kebijakan-kebijakan sekolah dalam
menunjang keberhasilan proses pembelajaran? Untuk menunjang keberhasilan,
pimpinan sekolah perlu menerbitkan berbagai kebijakan yang dapat rnemfasilitasi
guru dalam melaksanakan programnya. Dengan demikian, pimpinan sekolah dituntut
untuk terbuka terhadap segala permasalah yang dihadapi semua unsur yang
berkepentingan dalam pelaksanaan program sekolah baik terbuka terhadap guru,
komite dan orang tua siswa dan unsur lainnya.
· Mengidentifikasi
iklim sosial dan iklim psikologis. Bagaimana suasana disekolah? Apakah sekolah
memiliki iklim yang baik sehingga dapat mendukung keberhasilan setiap program?
Iklim sosial adalah hubungan yang baik antara semua unsur sekolah; sedangkan
iklim psikologis suasana kebersamaan antara semua unsur sekolah.
4. Mengodentifikasi
kendala beserta sumber-sumbernya
Tahap keempat dalam need assesstnent adalah
mengidentifikasi berbagai kendala yang muncul beserta sumber-sumbernya.Dalam pelaksanaan
suatu program berbagaikendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh
terhadapkelancaran suatu program. Berbagai kendala dapat meliputi,waktu,
fasiliias, bahan, pengelompokan dan komposisinya, filosofi, personal, dan
organisasi. Sumber-sumberkendala bisa berasal dari:
pertama, orang yang terlibatdalam suaru program
pembelaiaran, misalnya guru-kepalasekolah, dan siswa itu sendiri. Termasuk iuga
dalam unsurorang ini adalah unsur filsafat atau pandangan orang
terhadappekerjaannya, motivasi keria, dan kemampuan yangdimiilkinya.
kedua, fasilitas yang ada, di dalamnya
meliputiketersediaan dan kelengkapan fasilitas sertakondisi fasilitas. Dan
Ketiga, berkaitan dengan jumlah pendanaan besertapengaturannya.
5. Identifikasi
karakter Siswa
Tujuan utama dalam desai pembelajaran adalah memecahkan
berbagai problema yang dihadapi siswa, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan
dengan siswa adalah bagia dari need assissment. Identifikasi yang berkaitan
dengan siswa diantaranya adalah tentang usia, jenis kelamin, level pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar, pengalaman dan sikap.
6. Identifikasi
tujuan
Kaufman (1983) mendefinisikan need assessrnent sebagai
suatu proses mengidentifikasi, mendokumentasi dan menjustifikasi kesenjangan
antara apa yangterjadi dan apa yang akan dihasilkan melalui penentuan skala
prioritas dari
setiap kebutuhan. Definisi yang dikemukakan oleh Kaufman
berhubungan erat dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu,
mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai merupakan salah satu kegiatan yang
harus dilaksanakan dalam proses need assesstnent.
7. Penentuan
permasalahan
Tahap akhir dalam proses analisis
kebutuhan adalah menuliskan pernyataan masalah sebagai pedoman dalam penyusunan
proses desain instruksional. Penulisan masalah pada dasarnya merupakan
rangkuman atau sari pati dari permasalahan yang ditentukan. Pernyataan masalah
harus ditulis secara singkat dan padat yang biasanya tidak lebih dari satu atau
dua paragraf.
C. SUMBER ANALISIS KEBUTUHAN
Seperti yang telah dijelaskan desain instruksional
berorientasi pencapaian kompetensi, adalah sistem desain yang dikembangkan
untuk mendukung keberhasilan kurikulum yang berorientasi pada kompetensi,
seperti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum ada dua jenis
analisis kebutuhan, yakni analisis kebutuhan akademis dan nonakademis.
1. Analisis
kebutuhan akademis
Analisis kebutuhan akademis adalah
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku
yaitu KTSP. Kompetensi yang harus dicapai oleh KTSP tercermin dari Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan (SI dan SKL) sebagai standar kemampuan minimal
yang harus dicapai.
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26 dijelaskan Standar Kompetensi
Lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang
pendidikan menengah umum bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang
pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.[6]
2. Analisis
kebutuhan nonakademis
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 36 Ayat 1, menjelaskan bahwa daerah dapat mengembangkan
kurikulum muatan lokal, yakni kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan
kebutuhan daerah, serta aspek pengembangan diri yang sesuai dengan minat siswa.
Selanjumya ayat2, menjelaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan ienis
pendidikarr dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar itulah, dalam proses
pengembangan desain pembelajaran sekolah memiliki ruang yang cukup luas untuk
mengembangkan isi kurikulum sesuai kebutuhan siswa, potensi, dan karakteristik
daerah masing-masing.
Baik dalam proses pengembangan maupun proses implementasi
kurikulum, siswa harus menjadi tumpuan utama, artinya seluruh proses
pengembangan dan implementasi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan siswa. Pada
kenyataannya yang dibutuhkan siswa bukan saja ke-butuhan akademis, yakni
kebutuhan untuk menguasai konsep dan pinsip seperti yang disaiikan dalam
berbagai mata pelajaran atau bidang studi, akan tetapi iuga kebutuhan
nonakademis yakni berbagai kebutuhan yang berkenaan dengan potensi, minat dan
bakat setiap siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Dalam konteks inilah perlu dilaksanakan studi kebutuhan
nonakademis setiap siswa.
Ada sejumlah prinsip pengembangan kebutuhan nonakademis,
yaitu :
b. Dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai lokal dimana siswa itu berada.
c. Dikembangkan
untuk meningkatkan nilai-nilai kebangsaan atau untuk menumbuhkankembangkan
budaya nasional.
d. Dikembangkan
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Dikembangkan
untuk meningkatkan kemampuan berkompetensi pada masyarakat global.
I